Sebab Turunnya Musibah

Al-Qur'anul Karim telah menyebutkan beberapa sebab terjadinya musibah, berikut bagaimana Allah menghilangkan musibah tersebut dari para hambaNya.

Di antaranya adalah firman Allah,
"Yang demikian itu adalah karena sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan merubah sesuatu ni'mat yang telah dianugerahkan-Nya kepada suatu kaum, hingga kaum itu merubah apa-apa yang ada pada diri mereka sendiri , dan sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. " (Al-Anfal: 53).
"Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu). " (Asy-Syura: 30)
"Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusi, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)." (Ar-Rum: 41)
"Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezkinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk)nya mengingkari ni'mat-ni'mat Allah. karena itu Allah merasakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka perbuat." (An-Nahl: 112)

Ayat-ayat yang mulia ini memberi pengertian kepada kita bahwa Allah Maha Adil dan Maha Bijaksana. Ia tidak akan menurunkan bala' dan bencana atas suatu kaum kecuali karena perbuatan maksiat, dan pelangaran mereka terhadap perintah-perintah Allah. Lebih-lebih karena jauhnya mereka dari tauhid dan tersebar luasnya berbagai perbuatan syirik di banyak negeri-negeri Islam. Hal yang menyebabkan timbulnya banyak fitnah dan ujian.

Berbagai musibah itu tidak akan hilang kecuali dengan kembali mentauhidkan Allah dan menegakkan syari'at syariat Nya baik terhadap pribadi maupun masyarakat. Al-Qur'an juga menjelaskan keadaan orang-orang musyrik yang berdoa hanya kepada Allah semata saat ditimpa musibah dan kesempitan. Tetapi ketika Allah membebaskan mereka dari musibah dan kesempitan tersebut, mereka kembali lagi kepada perbuatan syirik, menyembah dan memohon kepada selain Allah di waktu senang dan lapang.

Allah berfirman,
"Maka apabila mereka naik kapal mereka mendo'a kepada Allah dengan memurnikan keta'atan kepada-Nya . maka tatkala Allah menyelamatkan mereka sampai ke darat, tiba-tiba mereka (kembali) mempersekutukan (Allah)." (Al-Ankabut: 65)

Ironinya, banyak sekali kaum muslimin saat ini, manakala ditimpa musibah, mereka memohon pertolongan kepada selain Allah, mereka menyeru,
"Ya Rasulullah, ya Syaikh Jailani, ya Syaikh Rifa'i, ya Syaikh Marghani, ya Syaikh Badawi, ya Syaikh Arab … " dan sebagainya.
Mereka menyekutukan Allah di masa sempit dan lapang, mereka melanggar firman Allah dan sabda RasulNya. Sesungguhnya kekalahan umat Islam ketika perang Uhud adalah disebabkan oleh sebagian para pemanah yang tidak taat kepada perintah pemimpin mereka, Rasulullah shallahu 'alaihi wasallam. Anehnya, mereka heran atas kekalahan yang mereka derita.

Maka dengan tegas Al-Qur'an menjawab, "Katakanlah: 'Itu dari (kesalahan) dirimu sendiri'." (Al-'Imran: 165)
Ketika dalam perang Hunain, sebagai umat Islam berkata "Kita tak akan terkalahkan karena berjumlah sedikit." Dan hasilnya mereka kalah.

Allah mencela mereka FirmanNya, "Sesungguhnya Allah telah menolong kamu (hai para mu'minin) di medan peperangan yang banyak, dan (ingatlah) peperangan Hunain, yaitu diwaktu kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlah (mu), maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfa'at kepadamu sedikitpun, dan bumi yang luas itu telah terasa sempit olehmu, kemudian kamu lari kebelakang dengan bercerai-berai. " (At-Taubah: 25)

Umar bin al-Khaththab menulis surat kepada panglima Sa'ad bin Abi Waqqash di Irak, "Janganlah kalian mengatakan, 'Sesungguhnya musuh kita lebih jahat daripada kita sehingga tak mungkin mereka mengalahkan dan menguasai kita. Sebab terkadang suatu kaum dikuasai oleh kaum yang lebih jahat dari mereka sebagaimana kaum Bani Israil dikuasai oleh orang-orang kafir Majusi, disebabkan oleh perbuatan maksiat mereka. Maka, mohonlah pertolongan kepada Allah atas diri kalian, sebagaimana mohon pertolongan atas musuh-musuh kalian.

(Disalin ulang dari Kitab Jalan Golongan Yang Selamat, karya Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu, pent. Ainul Haris Umar Arifin, Lc., Bagian 33 hal 136-138, Penerbit Darul Haq Jakarta, Cetakan X, Mei 2006)

0 comments:

Post a Comment